Berbicara soal memberi adalah mungkin hal yang
menakutkan bagi sebagian orang. Banyak orang berpikir, jika mereka memberi,
sebagian yang adalah kepunyaan mereka berkurang. Ibaratnya yang tadinya kita
mempunyai 28, kita beri 4 kepada orang lain berarti tersisa 24. Jika kita
memakai prinsip matematika itu, kita tak akan mau memberi. Prinsip ekonimi juga
mengajarkan kita untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran
yang seminimal mungkin. Tapi jika prinsip itu diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat, itu membuat kita tumbuh menjadi orang yang egois
Coba kita kembali pikirkan. Berapa banyak berkat yang
Tuhan terlah berikan kepada kita? Kita masih bisa bernafas sampai hari ini pun
itu adalah berkat dari Tuhan. Begitu banyak berkat yang Tuhan telah berikan
kepada kita. Kalau bukan karna Dia, kita tidak ada apa-apanya. Lalu mengapa
kita masih sulit untuk memberi? Kita disini sama-sama belajar untuk memberi.
Sebenarnya kita memiliki sesuatu yang bisa di berikan
pada sesama kita yang membutuhkan. Memberi bukan hanya berbicara soal materi.
Tapi memberi bisa berbicara soal tenaga, waktu, pikiran, finansial dan masih
banyak lagi. Jangan terus-terusan menganggap diri kita masih berkekurangan dan
masih menunggu berkelimpahan dulu baru bisa memberi. Sebuah kata memberi yang
sesungguhnya adalah memberi dalam kekurangan kita karena jauh lebih terdengar
istimewa, daripada memberi dalam kelebihan kita. Tuhan tidak melihat seberapa
besar apa yang kita beri, namun Tuhan melihat seberapa besar hati kita untuk
memberi.